PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI mencatat kredit untuk segmen mikro tumbuh 15 persen secara year on year pada kuartal II-2022.
Proporsi kredit UMKM BRI juga naik 9,81 persen dari Rp 837,82 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp 920 triliun pada 30 Juni 2022.
“Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik menjadi sebesar 83,27 persen,” kata Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Adapun secara keseluruhan, BRI Group mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 1.104,7 triliun atau tumbuh 8,75 persen year on year.
Dia menuturkan kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit pada segmen mikro diproyeksikan akan terus naik.
Holding Ultra Mikro (UMi) yang telah dibentuk sejak 13 September 2021 lalu disebut bakal menjadi ujung tombak BRI Group dalam menjangkau nasabah ultra mikro.
Holding yang terdiri atas tiga entitas, yakni BRI, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), ini diproyeksikan mampu memberdayakan 55 juta nasabah hingga 2024.
Supari mengatakan berbagai program untuk pemberdayaan dilakukan sesuai dengan koridor sinergi ekosistem ultra mikro.
“BRI mendorong entitas Pegadaian dan PNM memastikan pelaku usaha ultra mikro memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kesempatan akses layanan keuangan yang adil dan inklusif agar terhindar dari kerentanan serta dapat menaik-kelaskan pelaku usaha ultra mikro,” ujarnya.
Lebih lanjut, emiten berkode BBRI itu menargetkan pertumbuhan pembiayaan secara keseluruhan sekitar 9-11 persen.
Ekspansi kredit yang dilakukan BRI diiringi dengan kehati-hatian untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), yang bakal terjaga di level 2,8 persen hingga 3 persen pada 2022.
Kendati begitu, perseroan tetap menyiapkan langkah antisipasi untuk mencegah pemburukan kredit.
NPL Coverage BRI mengalami peningkatan dari 252,59 persen pada kuartal II-2021 menjadi 266,26 persen pada kuartal II-2022.
Dari sisi profitabilitas, BRI secara konsolidasian membukukan laba bersih sebesar Rp 24,88 triliun atau tumbuh 98,38 persen dengan total aset meningkat 6,37 persen menjadi Rp 1.652,8 triliun.
HENDARTYO HANGGI Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.